Seorang Nenek di Aceh Singkil Selamat dari Terkaman Buaya, Warga Khawatir Ancaman Mengintai

Kaetek (korban), saat menjalani perawatan medis setelah sebelumnya selamat dari terkaman buaya di Aceh Singkil, Selasa (28/01/2025)

ACEH SINGKIL – Sebuah peristiwa mengerikan terjadi di bantaran Sungai Teluk Rumbia, Kecamatan Singkil, Aceh Singkil, saat seorang nenek berusia 59 tahun, Kaetek, selamat dari terkaman buaya liar yang hampir merenggut nyawanya.

Peristiwa ini terjadi pada Senin,(27/01/2025) saat Kaetek sedang mencari nafkah di sungai yang menjadi sumber kehidupan sehari-hari bagi warga sekitar.

Dengan tubuh yang sudah renta, Kaetek tak kenal lelah berjuang demi pakan bebek peliharaannya. Tanpa firasat buruk, ia menyeberangi Sungai Singkil, yang lebarnya mencapai 50 meter, untuk mencari siput dan eceng gondok sebagai pakan bebek.

Namun, ketika tangannya terjulur untuk mengambil gulma di permukaan air, tiba-tiba seekor buaya menyerang, menggigit lengan kanannya dengan kekuatan mencekam.

Serangan buaya tersebut berlangsung sekejap, namun cukup untuk menyebabkan luka serius di tangan kanan Kaetek yang harus mendapat 15 jahitan di Puskesmas Singkil.

"Saya terjatuh ke sungai dan merasa sangat ketakutan. Tangan saya digigit buaya, dan saya hanya bisa berdoa agar bisa selamat," ujar Kaetek, mengenang detik-detik menegangkan itu.

Beruntung, keberuntungan berpihak pada Kaetek. Saat itulah, sebuah perahu bermesin robin melintas. Suara mesin perahu membuat buaya itu ketakutan dan segera melepaskan cengkeramannya. Kaetek, meski terluka, berhasil berenang ke tepi dan meminta pertolongan warga yang ada di seberang sungai.

"Alhamdulillah, buaya itu langsung pergi setelah ada perahu mesin lewat. Saya segera naik ke darat dan meminta tolong," ujar Kaetek dengan rasa syukur yang mendalam meski masih merasakan nyeri di lengan.

Kepala Desa Teluk Rumbia, Pahrul Raji, menyatakan keprihatinannya atas insiden tersebut dan menegaskan pentingnya penanganan serius terhadap ancaman buaya yang semakin sering muncul di kawasan itu. 

"Ini bukan lagi sekadar kekhawatiran, melainkan ancaman nyata. Buaya yang sering muncul di sungai ini harus segera ditangkap demi keselamatan warga, terutama anak-anak yang sering bermain di sekitar bantaran sungai," tegas Pahrul.

Sungai Singkil yang menjadi tempat mencari nafkah bagi banyak warga, kini menjadi sumber kecemasan bagi mereka. Tidak hanya Kaetek, insiden serupa juga pernah menimpa warga desa tetangga seperti Desa Ranto Gedang dan Suka Makmur. Keberadaan buaya di sungai yang semakin meluas menambah ketegangan warga yang sehari-hari menggantungkan hidupnya pada sungai.

Meski pihak BKPSDA sudah melakukan usaha penangkapan dengan perangkap jeruji besi dan berhasil menangkap beberapa buaya, jumlah predator ini tak kunjung berkurang.

"Buaya tetap muncul baik siang maupun malam hari. Bagi kami yang mencari nafkah di sungai, ini adalah tantangan ekstrem yang harus kami hadapi. Kami harus memilih terus mencari nafkah dengan risiko atau biarkan kelaparan di kampung," ungkap salah seorang warga dengan kekhawatiran mendalam.

Insiden ini menjadi pengingat bahwa hidup berdampingan dengan alam liar memerlukan kewaspadaan ekstra, dan bagi masyarakat sekitar Sungai Singkil, setiap langkah mereka kini dipenuhi dengan ketakutan akan ancaman buaya yang bisa datang kapan saja.

Editor: Basriadi