Seorang Nenek di Aceh Singkil Selamat dari Terkaman Buaya, Warga Khawatir Ancaman Mengintai

"Alhamdulillah, buaya itu langsung pergi setelah ada perahu mesin lewat. Saya segera naik ke darat dan meminta tolong," ujar Kaetek dengan rasa syukur yang mendalam meski masih merasakan nyeri di lengan.
Kepala Desa Teluk Rumbia, Pahrul Raji, menyatakan keprihatinannya atas insiden tersebut dan menegaskan pentingnya penanganan serius terhadap ancaman buaya yang semakin sering muncul di kawasan itu.
"Ini bukan lagi sekadar kekhawatiran, melainkan ancaman nyata. Buaya yang sering muncul di sungai ini harus segera ditangkap demi keselamatan warga, terutama anak-anak yang sering bermain di sekitar bantaran sungai," tegas Pahrul.
Sungai Singkil yang menjadi tempat mencari nafkah bagi banyak warga, kini menjadi sumber kecemasan bagi mereka. Tidak hanya Kaetek, insiden serupa juga pernah menimpa warga desa tetangga seperti Desa Ranto Gedang dan Suka Makmur. Keberadaan buaya di sungai yang semakin meluas menambah ketegangan warga yang sehari-hari menggantungkan hidupnya pada sungai.
Meski pihak BKPSDA sudah melakukan usaha penangkapan dengan perangkap jeruji besi dan berhasil menangkap beberapa buaya, jumlah predator ini tak kunjung berkurang.
"Buaya tetap muncul baik siang maupun malam hari. Bagi kami yang mencari nafkah di sungai, ini adalah tantangan ekstrem yang harus kami hadapi. Kami harus memilih terus mencari nafkah dengan risiko atau biarkan kelaparan di kampung," ungkap salah seorang warga dengan kekhawatiran mendalam.
Insiden ini menjadi pengingat bahwa hidup berdampingan dengan alam liar memerlukan kewaspadaan ekstra, dan bagi masyarakat sekitar Sungai Singkil, setiap langkah mereka kini dipenuhi dengan ketakutan akan ancaman buaya yang bisa datang kapan saja.
















Komentar