Budaya Begadang di Indonesia: Kebiasaan yang Kita Anggap Keren, Padahal Pelan-Pelan Menghancurkan Kesehatan

Budaya Begadang di Indonesia: Kebiasaan yang Kita Anggap Keren, Padahal Pelan-Pelan Menghancurkan Kesehatan

Oleh : Nurul Hafizzah

Mahasiswi Fakultas Fisip Unsyiah Banda Aceh

Di banyak kota di Indonesia, begadang sudah berubah menjadi budaya. Anak muda bangga tidur jam tiga pagi, pekerja merasa produktif jika masih membuka laptop di tengah malam, dan mahasiswa menganggap bukan mahasiswa sejati kalau tugasnya tidak dikerjakan menjelang subuh. Ironisnya, semakin buruk pola tidur kita, semakin biasa pula kita menganggapnya.

Padahal, tubuh manusia tidak pernah dirancang untuk hidup dengan ritme seperti itu. Begadang bukan hanya soal kelelahan esok pagi—ia merusak jauh lebih banyak hal: hormon menjadi tidak stabil, daya tahan tubuh menurun, metabolisme kacau, dan konsentrasi menurun drastis. Namun di tengah semua itu, kita tetap melihat begadang sebagai tanda kerja keras, padahal sebenarnya tanda kita mengabaikan diri sendiri.

Ada alasan kenapa setelah malam tanpa tidur, kita menjadi lebih sensitif, lebih mudah marah, dan lebih sulit fokus. Otak manusia membutuhkan istirahat untuk merapikan memori, memperbaiki sel, dan mengatur ulang sistem emosional. Ketika waktu tidur dipotong, proses itu berhenti. Akibatnya, produktivitas yang kita banggakan justru menurun, bahkan kualitas hidup ikut merosot.

Masalahnya, lingkungan kita pun ikut mendorong budaya begadang ini. Media sosial aktif sampai dini hari, pekerjaan menuntut respons cepat, dan hiburan digital membuat malam terasa lebih hidup dibanding siang. Banyak orang tidak sadar bahwa tubuh mereka diam-diam bekerja dua kali lebih berat hanya untuk mempertahankan keseimbangan. Kita baru menyadarinya ketika kesehatan mulai menunjukkan tanda-tanda tekanan: sakit kepala, maag, stres, kelelahan berkepanjangan.

Tetapi tren ini bukan tidak bisa diubah. Semakin banyak orang mulai menyadari bahwa tidur bukan kelemahan, melainkan bentuk manajemen diri. Tidur cukup bukan berarti kurang ambisi, tetapi justru fondasi agar ambisi itu bisa dijalankan dengan sehat dan konsisten. Selain itu, para profesional kesehatan juga mulai mendorong gaya hidup yang lebih mindful, termasuk manajemen waktu dan digital detox untuk memulihkan siklus tidur.

Di tengah kehidupan yang semakin terhubung, menjaga kesehatan bukan hanya soal apa yang kita makan atau seberapa sering kita olahraga. Kadang, kesehatan dimulai dari keputusan sederhana: mematikan lampu lebih cepat, menutup ponsel lebih awal, dan memberi tubuh izin untuk beristirahat. Karena pada akhirnya, tidak ada pencapaian yang layak diperjuangkan jika tubuh kita tidak mampu lagi menopangnya.

Begadang memang tampak sepele, tetapi dampaknya tidak pernah sederhana. Di dunia yang semakin cepat, tidur bisa menjadi salah satu bentuk keberanian: keberanian untuk memilih waras daripada lelah, sehat daripada sakit, dan hidup yang lebih seimbang daripada sekadar terlihat sibuk.

Editor:

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
Loading...